Selasa, 17 Mei 2011

Sumber Daya Sebagai Sarana Untuk Memecahkan Masalah Belajar Dan Kinerja


Oleh :
AGUS TRI SULAKSONO
Mahasiswa Pascasarjana UNIPA Surabaya
Prodi Teknologi Pembelajaran

ABSTRAK

Peranan sumber daya (sumber belajar) sangat penting bagi keberhasilan suatu pembelajaran. Belajar hanya akan efektif jika pembelajar diberikan banyak kesempatan untuk melakukan sesuatu, melalui multi metode dan multi media pembelajaran, sehingga siswa akan banyak berinteraksi secara aktif dengan memanfaatkan segala potensi yang dimilikinya.
 
Pada dasarnya, semua anak memiliki potensi untuk mencapai kompetensi, kalau sampai mereka tidak mencapai kompetensi, bukan lantaran mereka tidak memiliki kemampuan untuk itu tetapi lebih banyak akibat tidak disediakan pengalaman belajar yang relevan bagi mereka yang memiliki  karakteristik individual yang unik, sehingga menjadi tugas guru untuk merancang pengalaman belajar yang dapat menampung seluruh kemampuan siswa dengan keunikan masing-masing.
Agar dapat terjadi kegiatan belajar pada diri siswa maka siswa harus secara aktif melakukan interaksi dengan berbagai sumber belajar. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar akan terjadi jika ada interaksi antara siswa dengan sumber-sumber belajar. Disinilah peran guru sebagai pengajar harus dapat menyediakan, menunjukkan, membimbing, memotivasi dan memfasilitasi siswa agar mereka dapat berinteraksi dengan berbagai sumber belajar yang ada. Bukan hanya sumber belajar yang berupa orang, melainkan juga sumber belajar lainnya seperti bahan, peralatan maupun teknik. Bukan saja sumber belajar yang sengaja dirancang, juga sumber belajar yang telah tersedia, sehingga semua sumber belajar dapat ditemukan, dipilih dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar bagi siswa.
Dengan demikian diharapkan kegiatan belajar mengajar dapat menciptakan kegiatan belajar bagi setiap siswa. Hal ini dapat dilakukan apabila guru berusaha menggunakan berbagai sumber belajar secara bervariasi dan memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa untuk berinteraksi dengan sumber-sumber belajar yang ada.

Kata Kunci : Sumber Belajar.





PENDAHULUAN

Sumber daya meliputi alat, bahan, perangkat, pengaturan, dan orang-orang yang berinteraksi dengan peserta didik untuk memecahkan  masalah belajar dan kinerja. Terdapat dua jenis sumber daya yakni sumber daya khusus dan  sumberdaya teknologi.
Sumber daya teknologi sebagai pengubah sumber daya menunjukkan bahwa sumber daya yang dibuat dan digunakan dalam teknologi pendidikan yang paling sering antara lain: alat, bahan, perangkat, pengaturan, dan orang-orang.
Sumber daya digital, hampir mengesampingkan sumber daya analog historis tradisional. Namun dalam praktek yang sebenarnya, sumber daya analog, seperti buku, proyektor overhead, dan perekam kaset video (VCR) masih digunakan secara ekstensif. Molenda dan Bichelmeyer (2005) menggambarkan penggunaan terus-menerus dari VCR di sekolah: "Media format dominan dalam koleksi anggota National Association of Media & Teknologi Pusat (NAMTC) terus analog, terutama kaset video. koleksi mereka termasuk (dari terbesar ke sedikitnya) kaset video, multimedia, materi kurikulum, buku profesional, digital video disk dan CD-ROM ". Analog media juga masih digunakan secara luas di pendidikan tinggi. Papan tulis, whiteboard, dan overhead projector melayani fungsi yang berharga dalam memungkinkan instruktur untuk menghasilkan isyarat verbal dan visual secara spontan untuk melengkapi kuliah. Fotografi slide terus digunakan untuk mata pelajaran mana gambar high-definition yang sangat penting, seperti biologi, kedokteran hewan, optometri, dan seni visual.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa, tren saat ini memang mengarah ke peningkatan penggunaan sumber daya digital, instruktur akan terus menggunakan dan meminta dukungan untuk sejumlah audiovisual tradisional (AV) media.
Ketika sumber daya sedang dipertimbangkan untuk digunakan sebagai bagian dari pelajaran instruksional atau program, isu-isu lain datang kedepan. Kriteria efektivitas dan efisiensi sekarang harus disertakan. Efektivitas mengacu pada kesesuaian dan kompatibilitas sumber daya yang diberikan berkaitan dengan tujuan pembelajaran tertentu kemungkinan menghasilkan hasil yang positif dan keberlanjutan dalam setting lokal. Sebagai contoh, seorang guru IPS dapat memilih permainan sosial-simulasi tertentu jika pengalaman masa lalu nya menunjukkan bahwa merangsang jenis diskusi topikal bahwa ia ingin membangkitkan. Ini cocok untuk tujuan nya.
Efisiensi mengacu pada pemanfaatan secara bijak waktu dan sumber daya, termasuk upaya teknologi pendidikan itu sendiri. Karena setiap orang memiliki anggaran terbatas, pembeli harus mempertimbangkan perangkat keras dan perangkat lunak yang akan memberikan manfaat terbesar bagi sebagian besar pelajar atau manfaat terbesar bagi keberhasilan organisasi. Terutama di sektor swasta, produktivitas mempertimbangkan  swadaya  masyarakat harus diberikan prioritas tinggi. Sebagai contoh, seorang perencana pelatihan mungkin harus memutuskan apakah akan memilih antara instruksi tatap muka atau pengiriman Web untuk kursus perawatan copy-mesin. Pertama, mungkin dia memperkirakan biaya pengiriman dari masing-masing pilihan (misalnya, biaya perjalanan dengan perangkat lunak dan perangkat keras untuk biaya kursus Web), kemudian membandingkan dengan manfaat dalam hal kinerja karyawan dan tujuan rapat perusahaan. Pilihannya mungkin kombinasi dari dua alternatif tersebut: dua hari instruksi berbasis Web untuk prinsip-prinsip umum dan dua hari dipimpin instruktur lokakarya untuk praktek. Intinya adalah efisiensi merupakan elemen penting dari kelayakan.
Beberapa sumber daya yang dapat digunakan untuk mempermudah pembelajaran karena secara khusus dirancang untuk tujuan belajar. Ini biasanya disebut "bahan ajar atau sumber daya" sumber lain. Ada sebagian dari kehidupan sehari-hari, namun dapat ditemukan, diterapkan, dan digunakan untuk tujuan pembelajaran. Ini kadang-kadang disebut "sumber daya dunia nyata". Sehingga pemanfaatan sumber belajar beberapa sumber menjadi sumber belajar dapat desain.  "sumber daya dunia nyata" tidak selalu dimaksudkan untuk digunakan pembelajaran mungkin tidak dianggap sebagai sumber daya. Gagasan ini dinyatakan dengan jelas dalam definisi 1994: "Sumber daya sumber dukungan untuk belajar, termasuk sistem dukungan dan materi pembelajaran dan lingkungan.  Sumber daya dapat mencakup apa saja yang tersedia untuk membantu individu belajar dan melaksanakan kompeten "(AECT, 1994). Adalah penting untuk memasukkan " pemanfaatan sumber daya " dalam definisi saat ini, terutama dengan peningkatan yang signifikan dalam penggunaan jenis sumber daya informasi lingkungan belajar yang kaya. Apakah sumber daya tersebut analog atau digital, yang digunakan dalam desain atau pemanfaatan, sumber daya memainkan peran integral dalam memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja.

PEMBAHASAN
Belajar merupakan usaha seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah perilakunya (Rahadi (2003). Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungannya, (Suprayekti, 2004). Lester & Alice Crow dalam Kunandar (2007), Belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan dan sikap. Dari beberapa pendapat tentang belajar diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku dari individu yang belajar. Perubahan ini tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi ada yang sengaja direncanakan dan ada yang dengan sendirinya terjadi karena proses kematangan. Di dalam belajar ada interaksi antara pembelajar dengan lingkungannya, yang dimaksud dengan lingkungan adalah apa saja yang ada disekitar pembelajar, dapat berupa manusia, buku, modul, film, suara, peralatan, prosedur dan sebagainya, sehingga lingkungan disini dapat disebut sebagai sumber belajar yaitu apa saja yang dapat memberikan kemudahan bagi pembelajaran untuk belajar. Jika interaksi antara pembelajar dengan lingkungan tersebut maka akan terjadi perubahan perilaku pada diri pembelajar, tentunya perilaku yang dimaksud di sini adalah perilaku yang bersifat relatif permanen.
Menurut AECT dalam Rahadi (2003) yang dimaksud dengan sumber belajar adalah semua sumber (dapat berupa orang atau benda) yang dapat digunakan untuk memberika fasilitas (kemudahan) belajar bagi siswa. Sumber belajar tersebut meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan lingkungan. Pesan adalah informasi yang disampaikan oleh komponen belajar lainnya dapat berupa ide, fakta, ajaran, nilai dan data. Orang adalah manusia yang berperan sebagai pencari, penyimpan, pengelola dan penyaji pesan. Contoh : guru, dosen, pustakawan, petugas laboratorium, instruktur, pelatih, tenaga ahli dsb. Bahan merupakan perangkat lunak yang mengandung pesan-pesan belajar yang biasanya disajikan menggunakan peralatan tertentu, contohnya : buku teks, modul, transparansi, kaset program audio, video maupun audio visual, slide film, program komputer dsb. Alat adalah perangkat keras yang digunakan untuk menyajikan pesan yang tersimpan dalam bahan, contohnya OHP, Tape Recorder, Radio, Video player, proyektor film, komputer, LCD, dsb. Teknik yaitu prosedur atau langkah-langkah tertentu yang disiapkan dalam menggunakan bahan, alat, lingkungan dan orang untuk menyampaikan pesan, contohnya diskusi, praktikum, demonstrasi, pembelajaran mandiri, tutorial, pendidikan jarak jauh dsb. Lingkungan atau latar adalah situasi di sekitar terjadinya proses belajar mengajar dimana pembelajar menerima pesan. Lingkungan dibedakan menjadi dua, yakni: lingkungan fisik seperti gedung sekolah, bengkel, laboratorium, perpustakaan, kebun, pasar dsb dan lingkungan non fisik seperti tata ruang belajar, kodisi belajar, cuaca dsb.
Ditinjau dari asal usulnya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, yakni: sumber belajar yang dirancang dan sumber belajar yang sudah tersedia. Sumber belajar yang dirancang merupakan sumber belajar yang sengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran, sumber belajar demikian sering disebut bahan pembelajaran, seperti buku pelajaran, modul, transparansi, desain pembelajaran dsb. Sumber belajar yang sudah tersedia merupakan sumber belajar yang tidak secara khusus dirancang untuk keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan, dipilih dan dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran, seperti tenaga ahli, olahragawan, surat kabar, kebun binatang, siaran televisi museum, film dsb.
Setiap anak merupakan individu yang unik, yang berbeda satu sama lain, sehingga dalam belajar sedapat mungkin guru memberikan perlakuan yang sesuai dengan karakteristik masing-masing siswa. Dengan demikian diharapkan kegiatan belajar mengajar dapat menciptakan kegiatan belajar bagi setiap siswa, Hal ini dapat dilakukan apabila guru berusaha menggunakan berbagai sumber belajar secara bervariasi dan memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa untuk berinteraksi dengan sumber-sumber belajar yang ada.
Agar dapat terjadi kegiatan belajar pada diri siswa maka siswa harus secara aktif melakukan interaksi dengan berbagai sumber belajar. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar akan terjadi jika ada interaksi antara siswa dengan sumber-sumber belajar. Disinilah peran guru sebagai pengajar harus dapat menyediakan, menunjukkan, membimbing, memotivasi dan memfasilitasi siswa agar mereka dapat berinteraksi dengan berbagai sumber belajar yang ada. Bukan hanya sumber belajar yang berupa orang, melainkan juga sumber belajar lainnya seperti bahan, peralatan maupun teknik. Bukan saja sumber belajar yang sengaja dirancang, juga sumber belajar yang telah tersedia, sehingga semua sumber belajar dapat ditemukan, dipilih dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar bagi siswa.
Wujud dari interaksi antara siswa dengan sumber belajar dapat bermacam-macam, seperti ceramah misalkan, namun perlu diperhatikan dengan wujud interaksi tersebut apakah efektifitas pembelajaran dapat dicapai secara optimal?.  Konfusius (Silberman, 2006), menyatakan ” yang saya dengan saya lupa, yang saya lihat saya ingat, yang saya kerjakan saya paham”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar hanya akan efektif jika pembelajar diberikan banyak kesempatan untuk melakukan sesuatu, melalui multi metode dan multi media. Melalui multi metode dan multi media pembelajaran, siswa akan banyak berinteraksi secara aktif dengan memanfaatkan segala potensi yang dimilikinya.

KESIMPULAN
Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman, (Diknas, 2003). Dengan demikian, guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan haknya dalam membangun gagasan tersebut. Meskipun tanggung jawab belajar berada pada diri siswa, namun guru bertangung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat.
Pada dasarnya, semua anak memiliki potensi untuk mencapai kompetensi, kalau sampai mereka tidak mencapai kompetensi, bukan lantaran mereka tidak memiliki kemampuan untuk itu tetapi lebih banyak akibat tidak disediakan pengalaman belajar yang relevan bagi mereka yang memiliki  karakteristik individual yang unik, sehingga menjadi tugas guru untuk merancang pengalaman belajar yang dapat menampung seluruh kemampuan siswa dengan keunikan masing-masing, (Diknas, 2003).
Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi) mengamanatkan pembelajaran yang terpusat pada siswa, hal ini tercermin dari prinsip pembelajaran yang mengacu pada pengoptimalan kompetensi siswa. Bila selama ini kegiatan belajar mengajar hanya ditandai kegiatan satu arah  yaitu penuangan informasi dari guru ke siswa yang hanya dilaksanakan dan berlangsung di kelas maka kegiatan belajar mengajar dengan nuansa Kurikulum Berbasis Kompetensi berindikasi dengan adanya keterlibatan siswa secara aktif dalam membangun gagasan/pengetahuan oleh masing-masing siswa dan dapat diselenggarakan di beberapa tempat seperti di kelas, di lingkungan sekolah, di perpustakaan, di laboratorium, di pasar, di toko, di pantai, di tempat rekreasi, di kebun binatang, atau di tempat-tempat lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Kunandar. 2007. Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta. Raja Grafindo Perkasa.

Layanan Pusat Kurikulum 2004. 2003. Kegiatan Belajar Mengajar Yang Efektif. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.

Rahadi, Aristo. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.

Silberman, Melvin L. 2006. Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung. Nusamedia.

Suprayekti, Dra, M Pd. 2004. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta. Dinas Pendidikan Nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar